Rabu, 19 Januari 2011

Orang Batak yang cinta Budaya dan tradisi mampu mengatasi krisis Toleransi

Mulajadi Na Bolon adalah Sesembahan Orang Batak sebelum Agama-agama Hindu/Budha, Islam dan Nasrani (Protestan/Katolik), memasuki kepercayaan orang Batak.

Tanda-tanda pengaruh Agama-agama ini masih terlihat pada suku bangsa Batak, pengaruh Hindu/budha pada suku Batak Simalungun,dan Karo, Pengaruh Agama Islam pada suku Batak Mandailing(Tapsel), serta Pengaruh Agama Nasrani ( Protestan/Katolik ) sangat kental pada suku bangsa Batak Toba.

Agama adalah salah satu faktor yang menyebabkan sejarah Batak kabur, dan tidak jelas,Karena masing-masing Agama melalui intelektualnya membuat sejarah berdasarkan susut pandang agama yang dianutnya.

Sejarah Batak selama ini selalu menimbulkan polemik yang berkepanjangan dan tidak pernah ada kesepakatan berdasarkan kesadaran pentingnya sejarah didalam perjalanan suatu bangsa.

Churchil pernah berkata :”Semakin jauh anda melihat kebelakang (sejarah) akan semakin jauh pula anda melihat ke depan. Sedangkan Yesaya menyatakan:”Bahwa untuk melihat masa depan , engkau harus melihat kebelakang (sejarah). Begitu pentingnya sejarah didalam kemajuan suku bangsa, inilah yang menyebabkan Bangsa Batak sedikit tertinggal dari saudara-saudaranya suku bangsa lain di bumi Indonesia, seperti sulu Minang, Jawa, sunda bahkan Manado dll.

Agama Islam yang mayoritas dianut suka Batak Mandailing akan mengalami kesulitan menerima ulasan sejarah yang diuraikan oleh penulis suku Batak Toba yang mayoritas beragama Nasrani, dengan alasan bahwa isi dari tulisan tersebut selalu memojokkan agama Islam, dan mebesarbesarkan peranan tokoh Keristen dalam pembentukan kepribadian orang Batak, Oleh karenanya Batak Mandailing belakangan ini tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Batak. Dan Begitu juga sebaliknya apabila ada penulis-penulis sejarah Batak yang isi tulisannya menonjolkan peranan Islam, maka Orang Batak Nasrani tidak akan pernah menerimanya sebagai fakta sejarah. Sungguh sayang nama besar Batak tidak pernah dapat besar kerna pertikaian yang terselubung.

Sebagai Contoh , tanggapan terhadap tulisan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang bukunya yang berjusul “Tuanku Rao” , banyak menimbulkan polemik dimulai dari Tokoh Muhammadiyah Hamka yang membantah bahwa Tuanku Rao bukanlah orang Batak, meskipun Mangaradja Onggang Parlindungan dalam penguraiannya lengkap dengan Tahun. Bagi Orang Batak beragama Keristen dapat menerimanya karena Buku tersebut dengan gamblangnya menguraikan penyerangan kelompok Paderi yang beragama Islam bermazhab Hambali (wahabi) ke tanah Batak, dimana didaerah Toba kaum paderi yang dipimpin Tuanku Rao membumi hanguskan tanah Batak.

Demikianjuga paparan sejarah Batak tulisan Julkifli Marbun yang belakangan ini banyak di copy paste orang (sama dengan MOP) dalam penguraiannya lengkap dengan tahun kejadian. Semuanya belum dapat diterima dengan sepakat dari kedua belah pihak baik Nasrani maupun Islam .

Himbauan, Sebenarnya apa yang dilakukan kedua tokoh tersebut diatas aganya dapat dibuat sebagai motivasi untuk penelitian yang lebih efektif dan akurat. Mari kita semua Suku Bangsa Batak, baik Toba, Mandailing, Karo, Dairi dan Simalungun, maupun Islam dan Keristen sama-sama membuka tabir misteri sejarah Suku Bangsa Batak.

Dan saya berkeyakinan sangat banyak Intelektual Batak yang mampu melakukan penelitian sejarah Batak secara objektif san menyadarai pentingnya sejarah didalam menata masa depan Suku bangsa Batak,

3 komentar: